Senin, 19 September 2011

Penjara di Indonesia Surga bagi pengedar Narkoba dan Bisnis Esek-esek



Dua perempuan muda terlihat asyik ngobrol di kafetaria Rumah Tahanan (Rutan) Salemba. Penampilan keduanya terlihat seksi. Kehadiran dara cantik itu, tentunya saja jadi pemandangan tersendiri bagi para pembesuk dan narapidana di Rutan tersebut. “Itu Jablay Mas,” bisik salah seorang sipir yang kebetulan sedang istirahat di kafetaria itu.

Sipir itu melanjutkan, kafetaria di Rutan Salemba memang sudah menjadi “pangkalan” bagi para Jablay, sebutan untuk perempuan pekerja seks komersial (PSK). Mereka datang khusus untuk melayani para napi di Rutan Salemba.

Kafetaria itu letaknya persis di samping pintu masuk Rutan. Tempat itu menjadi ruang tunggu bagi pembesuk yang ingin menjenguk napi. Untuk masuk ke kafetaria, pembesuk diwajibkan melapor ke pos penjaga di pintu utama, dengan menaruh tanda pengenal. Setelah diberi kartu pass Rutan Salemba berikut stempel warna merah di tangan, pembesuk disuruh masuk ke ruang kafetaria untuk menunggu sambil melapor ke ruang pendaftaran, yang ada di area kafetaria.

Ruang tunggu dan pendaftaran di rutan Salemba tempatnya lumayan luas, Lantainya bersih, dan suasananya nyaman. Menurut beberapa sipir setempat, ruang tunggu di Rutan Salemba merupakan tempat yang paling bagus dibanding penjara-penjara lain di Indonesia.

Ruangan seluas 10 x 6 meter tersebut juga dilengkapi warung kecil yang menjual aneka makanan dan minuman ringan. “Kalau mau beli kondom juga ada di kantin itu,” ujar Ayu, Jablay yang biasa mangkal di Rutan Salemba.

Ayu mengaku dirinya tidak merasa risih berada di area penjara, yang notabene tempat para pelaku kejahatan mendekam. Bahkan ia mengaku sangat aman beroperasi di sana. Sebab pelanggannya tidak berani macam-macam. Apalagi ia dan teman-teman seprofesi mendapat jaminan keamanan dari para sipir di rutan tersebut.

Keberadaan para jablay ini memang jadi berkah tersendiri bagi para sipir. Selain mendapatkan uang dari sewa ruangan untuk ber ah uh ria, beberapa diantaranya ada juga yang merangkap sebagi calo. Para sipir seperti ini biasanya menawarkan jasa pelayanan seks kepada para napi di Rutan salemba. Ia akan mendapat bagian dari Jablay Rp50 ribu sampai Rp100 ribu per sekali transaksi.

Tarif para Jablay yang beroperasi di Rutan Salemba berkisar Rp200 ribu hingga Rp300 ribu, per sekali kencan, tergantung negosiasi. Soal ruangan tempat yang disediakan terdiri dari beberapa kelas. Ada kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi. Sebab di Rutan itu ada beberapa ruangan yang bisa dijadikan tempat pelepasan hasrat seksual napi. Misalnya di ruang Bagian Hukum dan Pelayanan tahanan (BHPT), ruang penyidikan, atau di ruang meeting sipir. Masing-masing ruangan dilengkapi matras dan kipas angin. Ruangan ini disebut kelas bisnis.

Kalau mau agak mewah dengan fasilitas AC, TV, DVD, dan sofa empuk, ruang tamu Kepala Rutan pun bisa digunakan. Tapi untuk ruangan eksekutif ini hanya bisa digunakan Sabtu dan Minggu. Selain dari itu tidak bisa disewakan.

Tarif sewa ruangan itu tentunya berbeda. Untuk ruang yang disebut kelas bisnis harganya Rp250 ribu per satu jam. Sedangkan untuk ruang eksekutif di ruang Kepala Rutan, harga yang dipatok Rp500 ribu per 90 menit.

Nah, bagi napi yang berkantong cekak juga tersedia harga sewa kelas ekonomi, seharga Rp50 ribu dengan durasi 30 menit. Ruangan yang digunakan adalah toilet. “Biar di Toilet nggak masalah. Yang penting hasrat bisa tersalurkan,” kata Suryo, sebut saja begitu, napi yang menghuni Blok N. Fasilitas yang disediakan di toilet memang ala kadarnya, yakni hanya sebuah bangku kayu. Toh meski fasilitas terbatas ruang toilet banyak yang diminati. Ini lantaran harganya relatif murah dibanding ruangan lainnya.

Pengelola kelas toilet pun berbeda dengan kelas lainnya. Bila ruang kelas bisnis dan eksekutif dikelola sepenuhnya oleh sipir, sedangkan toilet dikelola oleh napi senior yang disebut tahanan pendamping (tanping). Napi ini bertugas menerima uang sewa dan berjaga di depan toilet. Sebab seluruh toilet pintunya tidak bisa dikunci dari dalam.

Meskipun dikelola napi, uang hasil sewa sebagian besar disetorkan ke sipir. Hitungannya, 70 % untuk sipir dan 30 % dibagi napi yang mengelola, termasuk foreman atau kepala suku. “Dalam sehari dan kalau lagi ramai bisa menghasilkan uang Rp3 juta dari tiga toilet yang disewakan” kata Rudi, tanping Rutan salemba kepada detikcom.

Para Jablay pun tidak merasa risih bila harus melayani napi di ruangan yang serba terbatas itu. Misalnya Windi, teman seprofesi Ayu. Secara blak-blakan ia mengatakan, justru merasa lebih senang bila melayani di toilet. Sebab, kata Windi, waktunya relatif singkat, yakni hanya 20 menit sampai 30 menitan. Sehingga ia bisa melayani napi yang lain yang ingin berkencan dengannya.

Windi juga mengaku tidak hanya melayani hasrat seksual para napi. Para pembesuk yang berminat kencan juga ia layani. Tapi lokasinya hanya di toilet. Sebab ruangan lainnya hanya diperuntukkan bagi napi.

Pesta Seks di Ruang Komandan

Setiap penjara di Indonesia punya ruang tunggu untuk keluarga yang mengunjungi napi. Ruangan yang diperuntukan untuk temu kangen bagi napi dan keluarganya itu biasanya selalu penuh saat jam besuk. Di tempat itu kerinduan akan tertumpah. Terutama napi yang dikunjungi istri atau pasangannya. Mereka tak sungkan berciuman di depan napi dan para pembesuk.

Tapi bagi napi yang punya banyak uang bisa memilih tempat yang lebih privasi. Tentu saja dengan mengeluarkan sejumlah uang. Di ruang khusus ini, para napi dan pasangannya bisa menyalurkan hasrat biologisnya.

Di beberapa penjara yang didatangi detikcom, seperti di LP Cipinang, Rutan Salemba, dan LP Tangerang, memang menyediakan beberapa ruang untuk itu. Hanya saja, bukan sebuah ruangan khusus yang disediakan. Melainkan ruang publik atau petugas yang sewaktu-waktu bisa digunakan. Tentunya dengan memberikan sejumlah uang sewa kepada petugas. Harga yang dipatok pun relatif tinggi, berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 600 ribu.

Misalnya di Rutan Salemba, yang menyediakan ruangan “asmara” dengan tiga kelas. Kelas pertama adalah kelas ekonomi, yakni berupa toilet umum untuk para pembesuk. Di tempat ini harga sewanya Rp50 ribu. Ada juga kelas bisnis, yang merupakan ruangan Bagian Hukum dan Pelayanan Tahanan (BHPT), ruang penyidikan, dan ruang meeting. Tempat ini dibandrol Rp250 ribu untuk satu jam.

Kalau mau yang lebih ekslusif dengan fasilitas AC, TV, DVD, dan sofa empuk, napi dan pasangannya bisa menyewa ruang tamu Kepala Rutan Salemba, yang terletak di lantai dua. Tapi untuk menggunakan ruangan ini napi harus merogoh kocek Rp500 ribu per 90 menit. Beberapa pejabat yang mendekam di Rutan Salemba, kabarnya sering menggunakan ruangan ini untuk bermesraan dengan istri atau pasangannya. Malah ada pejabat yang belum lama ini ditahan karena korupsi, sempat membawa tiga PSK sekaligus ke ruangan Kepala Rutan.

“Kalau tidak salah, pejabat tersebut bawa perempuan-perempuan itu seminggu setelah lebaran tahun ini. Mereka pesta seks di ruang Kepala Rutan,” jelas sumber detikcom, yang kebetulan menjadi salah satu tokoh di blok tempat pejabat tersebut ditahan. Di LP Cipinang pun demikian. Di penjara terbesar di Jakarta ini, terdapat beberapa ruangan yang bisa digunakan untuk bermesraan. Untuk yang berkantong tipis, napi bisa menggunakan tempat latihan band para napi. Tempat ini berada di dekat ruang besukan. Ruangan yang hanya disekat dengan tembok setinggi 1,5 meter ini dibandrol dengan harga Rp150 ribu per jam.

Untuk napi berkantong sedang, bisa memilih ruangan pemeriksaan atau registrasi narapidana yang terletak di dalam. Tempat ini dibandrol dengan harga Rp250 ribu. Sedangkan bagi napi berkantong tebal, bisa menggunakan ruangan Kepala LP, yang berfasilitas lengkap dan mewah. Ruangan berukuran 3 x 3 meter ini dibandrol dengan harga Rp600 ribu untuk 2 jam. Seorang sipir di LP Cipinang mengatakan, bisnis sewa-menyewa ruangan di LP Cipinang sudah menjadi rahasia umum. Sebab uang hasil sewa itu seluruhnya dibagi rata untuk menambah kesejahteraan sipir. “KPLP dan seluruh sipir di sini juga sudah tahu, lumayan buat nambah pemasukan di dapur ” katanya kepada detikcom di kantin LP Cipinang.

Bagi napi yang tidak punya uang tentu saja jadi masalah. Selain tidak punya uang untuk membayar sewa, mereka juga tidak mampu membayar PSK jika ingin berkencan. Kondisi ini dialami anak hilang, napi yang tidak pernah dibesuk keluarga atau teman. Untuk memuaskan hasrat seksnya golongan ini terpaksa melakukan anal seks dengan sesama napi. Lokasi kencannya adalah setiap sudut sepi yang ada di area LP Cipinang.

| Free Bussines? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar